Informasi Seputar Desa Matungkas

Kamis, 10 Februari 2022

Desa Matungkas

Menurut penyelidikan yang ditulis oleh pendeta-pendeta Wilken dan Graafland bahwa yang menJadi nenek moyang suku bangsa Minahasa yakni Opo Lumimuut dan Opo Toar, yang pada waktu dulu disebut Malesung.

Ketika Wanua/Desa pertama menjadi terbatas lahan untuk bertani, maka sekeluarga demi sekeluarga berpencar mencari pemukiman yang baru (tumani), teranak mereka.

Kemudian pada abad Ke-7 sekitar tahun 670, menurut penyelidikan dari Dr.J.P.G Ridel yaitu Wadian-wadian/Tonaas-tonaas di Malesung mengadakan musyawarah di Watu Pinabetengan, musyawarah tersebut diketahui oleh Tonas Kopero dari Tompekewa. Musyawarah tersebut diketahui oleh Tonaas Muntu-Untu dari Tombulu dan Tonaas Mandey dari Tontewoh (Tonsea), tugasnya mencatat/menggores seluruh keputusan Musyawarah. Maksud musyawarah adalah untuk mengembalikan adat tua-tua yang diwariskan oleh Opo-Toar dan Lumimuut.

Sejak Masa Musyawarah di Watu Pinabetengan pucuk pemerintahan dipegang oleh rakyat (Pasioowan Palu). Keputusan tersebut juga telah menciptakan tanah Malesung dibagi atas 4 Wilayah yaitu :

Daftar Wilayah

1. Tombulu

2. Tontewoh (Tonsea)

3. Tompakewa

4. Toulour

Maka Paesaan Tonteweh (Tonsea) dari Niaraan pindah ke Kembuan, dinamai Kembuan sebab tiba di sana mereka disambut oleh seekor ayam (ko’oko ni mamarimbing), Kembuan ni ko’oko. Kemudian teranak Tonaas Runtukahu keluar tumani di Kumelembuai, lalu setelah beberapa tahun kemudian keluar dari Kembuan tersebut (kini daerah di kompleks Tonsea Lama). Kemudian sekelompok manusia teranak yang dipimpin oleh Tonaas Opo Doodoh sebagai Wadian Wangko (suatu panggilan kehormatan) yang didampingi oleh beberapa Datuk antara lain:

Daftar Datuk

1. Dotu Mantiri (Pemilik Tanah)

2. Dotu Pinontoan (Pinan Toan)

3. Dotu Doodoh (Tonaas Tukang Obat Orang Sakit)

4. Dotu Wagiu (Ba’ Terbang)

5. Dotu Longdong (Penjaga Kampung)

6. Dotu Tumbol (Tukang Antar Dengan 9 Langkah)

7. Dotu Tete Tius (Tukang Besi Asal Bantik)

8. Dotu Dien (Pembuat Waruga),




dan pengikut-pengikut lainnya.Mereka dalam perjalanannya berkemah di Kumelembuai (Airmadidi). Setelah beberapa hari berkemah, perjalanan diteruskan dengan maksud mencari tempat bermukim baru, yang dianggapnya dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan lahir dan batin kepada kelompok mereka.

Setelah mereka tiba di tempat tujuannya, yang telah diselidiki terlebih dahulu, mereka berkemah di sekitar mata air yang sekarang terletak di bagian selatan desa atau dikenal dengan nama Doud Wanua. 

Air ini adalah pertama-tama muncul bersamaan dengan lahirnya Desa Matungkas. Adapun nama Matungkas menurut bahasa Tonsea berasal dari kata Tungkas, sebutan lainnya Tediden yang artinya Ungkit. 

Yang diungkit adalah semak belukar yang berduri yang lasim disebut dalam bahasa Tonsea Duaya, yaitu yang pertama-tama mereka kerjakan setelah mereka tiba di negeri ini.

Kata Matungkas dapat diartikan “mengungkit semak belukar yang berduri”. Untuk mengetahui di mana letak sebenarnya perkampungan yang asli, dapat dilihat di sekitar tempat mandi Doud Wanua sekarang ini lalu agak ke selatan.

Penduduk semakin berkembang sehingga perkampungan bertambah luas, memanjang ke arah utara seperti keadaan sekarang ini. 

Adapun nama Hukum Tua yang memerintah sejak tahun 1767

1 Dotu Longdong 1767 – 1800

2 Goni Longdong 1800 – 1825

3 Alexander Longdong 1825 – 1852

4 Pandean 1852 – 1854

5 Silvanus Maramis 1854 – 1870

6 Derek Mantiri 1870 – 1893

7 Arnolda Longdong 1893 – 1909

8 Saltier Pandi 1909

9 Bastian Pandelaki 1900 – 1910

10 Junus Sigarlaki 1910 – 1945

11 Hendrik Wullur 1945 – 1949

12 Ismail Tumbol 1949 – 1950

13 Jakub Polii 1950 – 1956

14 Fredrik Pandelaki 1956 – 1962

15 Jantje Tumbol 1962 – 1962

16 Fredrik Pandelaki 1967 – 1969

17 Dompas Maramis 1969 – 1971

18 Hendrik M. Pandi 1971 – 1972

19 Jantje Kiolol 1972 – 1977

20 Alabert S. Mongan 1977 – 1978

21 Hendrik Maramis 1978 – 1979

22 Jantje Kiolol 1979 – 1980

23 Samuel Kiolol 1979 – 1985

24 Hendrik Pandi 1985 – 1990

25 Zeth Polii 1990 – 1991

26 Max Nelwan 1991 – 1995

27 Samuel Kiolol 1995 – 2004

28 Derek Longdong 2004 – 2005

29 Maximilian F. Tumbol 2005 – 2011

30 Soleman Recky Mantiri, S.Sos 2011 – 2012

31 Adeleida Sengkeh 2012 

32 Plt. Rudy Mailoor 2017 - 2018

33 plt. Hanny Dirk 2018 - 2019

32 Novieta Tangkudung 2020 - Sekarang



Sumber : paimpuluan ne tonsea

Desa Matungkas


 Matungkas termasuk dalam salah satu desa yang berada di kecamatan dimembe kabupaten minahasa utara provinsi sulawesi utara. Desa matungkas memiliki beberapa jenis mata pencarian yaitu petani rempah-rempah, petani cengkeh, pala, kelapa dan budi daya ikan air tawar beserta peternakan. Desa matungkas ini memiliki komposisi 98% penduduk kristiani dan menjadi salah satu pusat pembangunan kabupaten minahasa utara.

sumber : wikipedia


sumber : https://google.com




sumber : Facebook